Seperti yang kita
ketahui pendakian bukanlah suatu aktifitas yang sederhana, sama dengan
aktifitas lainnya, pendakianpun membutuhkan persiapan dan managemen yang tepat,
agar pendakian yang akan di laksanakan akan dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Baik sadar maupun tidak hampir semua pendaki pasti melakukan managemen
pendakian ini sebelum melakukan perjalanan. Bagi yang pernah mendaki atau
melakukan perjalanan, dari rumahpun pasti sudah memilki rencana, kemana akan
mendaki, dengan cara apa bisa sampai ke lokasi, seberapa banyak logistik yang
akan di bawa, dengan siapa akan melakukan pendakian dan sebagainya. Di dalam
pendakian gunung dikenal dengan isitilah managemen pendakian, secara garis
besar managemen pendakian menganut prinsip 4W + 1H yaitu:
- Where / dimana, artinya dimana kita akan
melakukan pendakian tersebut. Dengan menentukan atau mengetahui daerah yang
akan kita lalui atau yang akan kita daki maka paling tidak kita sudah dapat
mengenal medan yang akan didaki dengan cara mencari informasi sebanyak –
banyaknya sehingga kita dapat memprediksikan kebutuhan yang kita perlukan
selama perjalanan atau pendakian tersebut baik peralatan dan logistik yang di
perlukan. misalkan, kita akan mendaki gunung merbabu dimana pendakian gunung
merbabu dapat di jalani dalam waktu satu hari satu malam pasti akan membutuhkan
perlengkapan logistik dan peralatan yang berbeda jika kita ingin mendaki gunung
semeru misalnya, yang membutuhkan waktu lebih dari satu hari satu malam .
- Who / siapa, kita harus tahu dengan siapa kita
akan melakukan perjalanan atau pendakian serta harus tahu berapa banyak rekan
perjalanan kita tersebut, dengan demikian kita akan dapat mengukur kekuatan
kita dan rekan perjalanan kita, sehingga kitajuga mampu memprediksi berapa lama
perjalanan yang akan di tempuh dan persiapan apa saja yang harus di persiapkan,
misalkan apakah rekan seperjalanan kita mudah lelah, jika benar, maka kita akan
cenderung siap dengan tipe perjalanan santai, yang tidka bisa memaksakan,
begitu juga jika kita mambawa rombongan dalam pendakian masal, maka pola
pendakian akan sangat berbeda di bandingkan jika kita melakukan pendakian dalam
tim kecil 3 -4 orang saja
- Why / mengapa, alasan apa yang kita ambil
dalam perjalanan itu, karena pendakian santai akan berbeda dengan pendakian yang
dilakukan dalam rangka diksar ataupun SAR. dengan mengetahui alasan pendakian
kita juga mampu membuat sebuah rencana pendakian yang tepat dan dapat
mempersiapkan peralatan yang sesuai dengan tujuan yang di maksud
- When / kapan, kita juga harus mengetahui kapan
kita akan melakukan perjalanan atau pendakian tersebut. misalakan kita akan
melakukan pendakian pada saat musim hujan, pasti berbeda dalam mempersiapkan
kebutuhan yang akan kita bawa di banding jika kita akan mendaki pada saat musim
kemarau, paling tidak dengan mengetahui kondisi (waktu) kita akan melakukan
perjalanan, akan menambah kemampuan kita untuk memprediksi hal – hal yang
mungkin kita temui di lapangan
- How / bagaimana, yang terakhir adalah
bagaimana kita akan melakukan perjalanan atau pendakian tersebut, dengan
mengetahui lokasi yang akan kita lalui / daki, dengan siapa kita akan melakukan
perjalanan, mengapa kita melakukan perjalanan tersebut, dan kapan kita akan
melakukan perjalanan itu, maka kita akan bisa membuat rencana perjalanan secara
seksama berupa petunujuk pelaksanaan yang pada akhirnya dapat di pergunakan
untuk acuan supaya perjalanan atau pendakian berjalan dengan lancar sesuai
dengan harapan kita.
Jadi sebenarnya
managemen pendakian ini mencakup segala hal yang berhubungan dengan pendakian.
Dengan mempergunakan managemen pendakian yang baik dan benar, maka sebuah
perjalanan atau pendakian akan menjadi lebih nyaman dan teratur, sehingga
mengeliminasi kemungkinan terjadinya hal – hal yang tidak di inginkan. Dengan
memiliki managemen pendakian ini, akan mempermudah orang untuk memberikan
pertolongan kepada kita jika terjadi sesuatu hal terhadap diri kita di dalam
perjalanan.
LANGKAH-LANGKAH
DAN PROSEDUR PENDAKIAN
Umumnya
langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alam dalam
suatu kegiatan pendakian gunung meiputi tiga langkah, yaitu :
1. Persiapan
Yang dimaksud persiapan pendakian gunung
adalah :
Menentukan pengurus panitia pendakian, yang
akan bekerja mengurus : Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya,
penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala
macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.
Persiapan fisik dan mental anggota pendaki,
ini biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi
fisik serta memaksimalkan ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan
dengan mencari/mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul
dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahannya.
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah
didaki sebelumnya disarankan membawa guide/penunjuk jalan atau paling tidak
seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan
dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.
Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta
pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti
- Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk
penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi).
Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian
yang tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR
atau juru kunci gunung tersebut.
Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan
tetap yaitu : Pelopor di depan (disertai guide), kelompok inti di tengah, dan
team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta
yang melanggar peraturan ini.
Demikian juga saat penurunan, posisi semula
diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek
jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap
kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan
dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et
floreat).
PERSIAPAN
BAGI SEORANG PENDAKI GUNUNG
Untuk menjadi
seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain :
1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam
menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus
asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya
secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca,
teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.
3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat,
sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian
tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan
siap, kita harus selalu berlatih.
4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang
pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan
hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung
tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita
juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki
gunung yang selama ini kita lakukan..
TAHAP
PERSIAPAN
1. Nutrisi
Yang diperlukan oleh tubuh yaitu :
- Karbohidrat (1 gram = 1 kalori)
- Lemak (1 gram = 9 kalori)
- Protein (1 gram = 4 kalori)
- Vitamin ( A, B, C, D, E, K)
- Mineral/elektrolit
- Air
Keenam unsur nutrisi di atas mutlak dibutuhkan
oleh manusia dalam hidup sehari-hari. Jika terdapat kekurangan salah satu unsur
dan berlangsung berlarut-larut maka sel-sel akan mengalami kerusakan
dilanjutkan dengan kematian.
Dalam melakukan suatu aktifitas, unsur nutrisi
yang berperan penting adalah karbohidrat sebagai suplier energi pertama yang
selanjutnya digunakan sebagai sumber tenaga. Jika energi tidak dipakai/lebih
maka akan disimpan dalam bentuk lemak yang akan ditumpuk di bawah kulit atau
melapisi suatu organ. Lemak akan diubah menjadi energi bila tubuh memerlukan
sumber tenaga, sedangkan tubuh tidak mendapatkan suplai karbohidrat dari luar
(makanan).
Unsur protein yang digunakan sebagai unsur
pembangun/perombak sel-sel yang telah rusak/mati dan untuk proses itu
diperlukan energi dan peran unsur lain.
Vitamin diperlukan bagi tubuh untuk menunjang
berlangsungnya proses pembangunan maupun perombakan sel-sel tubuh. Sedangkan
air dan elektrolit paling banyak dibutuhkan sebagai stabilisator dari kehidupan
setiap sel di tubuh.
Jadi keberadaan setiap unsur tersebut mutlak
adanya, dalam arti jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan hal itu
tergantung dari : usia, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, aktifitas, kondisi
tubuh tertentu, periode tertentu dari wanita (misal menstruasi).
Aktifitas mountaineering adalah satu aktifitas
yang besar (lebih dari 2500 kalori). Untuk itu diperlukan makanan yang banyak
mengandung karbohidrat seperti nasi, ubi, roti, mie, gala-gula, coklat, dan
sebagainya.
Agar penyerapan makanan dalam tubuh lebih
optimal sebaiknya dimakan dalam keadaan segar, suhu sesuai dengan suhu
tubuh/hangat, mudah dicerna, tidak berlebihan jumlahnya, sebelum melakukan
aktifitas atau 1 jam setelah melakukan aktifitas, usahakan jangan makan makanan
yang merangsang lambung.
Air sangat dibutuhkan tubuh untuk melakukan
aktifitas untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, baik lewat keringat maupun
evaporasi.
2. Exercise (Latihan Fisik)
Latihan fisik sangat diperlukan sebelum melakukan
suatu aktifitas berat, karena berguna untuk :
- melatih otot jantung
- melatih paru-paru
- melatih elastisitas tubuh
Melatih otot jantung dimaksudkan agar kerja
otot jantung lebih optimal sehingga jantung dapat memompa darah dalam jumlah
dan frekuensi yang optimal sehingga darah dapat dialirkan ke otak dan seluruh
tubuh.
Melatih kerja paru-paru dimaksudkan untuk
meningkatkan efektifitas alveoli-alveoli paru dalam pertukaran oksigen dan gas
CO2 serta melatih memperbesar volume udara yang akan diserap oleh paru-paru
dalam tiap menit dalam frekuensi yang sama seperti saat tak ada aktifitas.
Jika kerja dari jantung dan paru-paru optimal
maka peredaran darah ke otak dan ke seluruh tubuh akan lancar, artinya suplai
nutrien ke seluruh sel-sel tubuh serta pertukaran zat yag tidak digunakan akan
lancar.
Melatih elastisitas tubuh dimaksudkan untuk
melatih kelenturan otot dan sendi dari peregangan, penekanan atau puntiran.
Latihan ini harus dilakukan secara bertahap dan teratur. Latihan ini juga akan
merangsang peningkatan metabolisme dari sel-sel otot itu sendiri sehingga sel
oto lebing mengembang dan elastis.
Dari penelitian kesehatan, olahraga lebih baik
dilakukan pada saat kadar oksigen di udara tinggi, yaitu pada pagi dan sore
hari dan sebaiknya dilakukan ditempat terbuka. Adapun jenis olahraga yang
dibutuhkan adalah semua jenis olahraga yang melatih kerja jantung dan paru-paru
yang dilakukan secara teratur dan tidak berlebihan.
penting : exercise ini hanya berlaku bagi yang
tidak mempunyai kelainan pada jantung/paru-paru.
TAHAP
AKTIFITAS
1. Faktor Non-Fisik
Yang harus diperhatikan adalah :
- Kondisi alam : Cuaca, tipe medan
- Lamanya aktifitas berlangsung
- Jenis aktifitas
- Sarana Pendukung : Tim, Pribadi
2. Faktor Fisik
Kegiatan pendakian adalah kegiatan fisik
total, maka dalam melakukannya perlu diperhatikan :
- Sehat fisik dan mental, jika salah satu atau
keduanya mengalami gangguan maka akan memperburuk keadaan yang telah dialami
dan sering menimbulkan faktor celaka.
- Tidak memforsir tenaga, jika mengalami
kelelahan sebaiknya istirahat dulu karena jika kelelahan berkelanjutan akan
lebih membahayakan diri.
- Tidak minum alkohol karena alkohol justru
dapat menurunkan stamina tubuh akibatnya tubuh tidak dapat menahan suhu dingin.
Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan otak, akibatnya bisa terjadi halusinasi
dan disorientasi.
- Gunakan waktu istirahat seefektif mungkin
untuk mengembalikan stamina, hematlah energi yang telah terbatas dengan
istirahat.
- Pakailah pakaian yang dapat melindungi tubuh
dari kedinginan sehingga mengurangi resiko terjadinya kehilangan panas tubuh
yang berlebihan yang akibatnya bisa terjadi hipotermia yang bisa mengancam
keselamatan jiwa..
Sebelum
melakukan perjalanan di alam bebas
Sebelum kita melakukan perjalanan hendaklah
selalu memikirkan rencana cadangan jika terjadi sesuatu yang buruk. misalnya
apa yang dilakukan jika perjalanan tertunda, jika tersesat, jika cedera, dan
apakah kita merasa siap untuk mengantisipasi semua itu.
Kemampuan bernavigasi sangatlah diperlukan,
pelajarilah dasar-dasar penggunaan peta dan kompas. Belajarlah dengan semua
media yang ada seperti buku, internet, peta topografi, dan media yang lain.
Belajarlah dengan orang yang mengerti cara membaca peta topografi dan penggunaan
kompas.dan belajarlah semaksimal mungkin.
“bermainlah” di alam bebas walaupun hanya
perjalanan seharian kemudian pelajarilah jalur yang baru saja anda lewati dalam
peta di rumah. Jika anda melakukannya tidak dalam keadaan tertekan, maka akan
memudahkan anda untuk lebih terbiasa dan nyaman dengan keunikan garis kontur
dari suatu peta topografi.
Suatu hal yang sangat penting ketika anda
melakukan suatu perjalanan alam bebas, beritahukan kepada seseorang jalur yang
akan anda lewati, fotokopi peta anda kemudian plot rencana jalur anda (minimal
point start), kemudian berikan kepada saudara, teman, atau petugas basecamp
setempat. Jika anda merubah jalur semula, sebelum memulai perjalanan
beritahukan kepada mereka. Hal ini sangat berguna dalam pencarian jika nantinya
anda tersesat.
Selama
Dalam Perjalanan
Selain perlengkapan dasar, bawalah bohlam
lampu senter cadangan, pensil atau polpen, dan makanan darurat, berjanjilah
kepada diri anda sendiri untuk tidak memakannya jika anda lapar selama masih
ada makanan di awal perjalanan anda.
Cek selalu peta yang anda bawa, meskipun anda
berada dalam jalur pendakian, ingatlah selalu dan rasakan bagaimana keadaan
kontur di sekeliling anda.
Tetaplah selalu bersama-sama!!! Jika salah
satu dari anggota anda terpisah, maka ia dapat dengan mudah keluar dari jalur
yang semestinya dan tersesat.
Bawalah peluit dan letakkan di tempat yang
mudah dijangkau misalnya diikatkan pada tali punggung tas sehingga mudah untuk
diraih.
Bawalah alat penunjuk waktu sehingga anda
dapat selalu mengetahui waktu. Hindarilah percaya diri yang berlebihan.
Beberapa orang percaya tersesat hanya terjadi pada orang lain. Buang jauh-jauh
ego anda dan biasakan untuk mengecek ulang posisi anda dan sadarilah dimana
seharusnya anda berada. Ketika anda menjumpai bentang alam yang menonjol
seperti percabangan jalan, jembatan, atau tempat peristirahatan, cobalah untuk
mencari lokasinya dalam peta. Ini akan lebih membuat anda yakin dimana anda
berada.
PERALATAN/PERLENGKAPAN
PENDAKIAN
Pendakian adalah sebuah kegiatan yang beresiko
tinggi, tak benar jika kita tak ada persiapan apapun untuk menjalankannya,
sehingga apapun yang kita lakukan seyogyanya ada persiapan dan perencanaan.
Berikut coba saya sampaikan beberapa perlengkapan yang kiranya kita siapkan
untuk sebuah pendakian:
A.
Perlengkapan Jalan (untuk medan gunung hutan)
1.
Sepatu
Mempunyai
kegunaan sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
Sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki
Harus kuat untuk pemakaian yang berat
Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu :
Melindungi telapak kaki sampai mata kaki
Kulit tebal, tidak mudah sobek
Lunak bagian dalam, masih memberikan ruang
bagi gerak kaki
Keras bagian depannya, untuk melindungi jari
kaki (tidak dianjurkan memakai sepatu pekerja tambang, yang bagian depan sepatu
sangat keras karena dilapisi dengan besi, selain berat juga akan merusak jari
kaki jika ada perubahan suhu)
Bentuk sol bawahnya harus dapat menggigit
tanah ke segala arah dan cukup kuat.
Ada lubang ventilasi, yang bersekat halus
sehingga air dan udara lewat untuk pernafasan kulit telapak kaki.
2. Kaus
Kaki
Yang perlu diperhatikan : menyerap keringat.
Gunanya :
Melindungi kulit kaki dari pergesekan dengan
kulit sepatu.
Menjaga agar kulit kita tetap dapat bernafas.
Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah
yang dingin.
3.
Celana Jalan
Yang perlu diperhatikan :
Kuat, lembut
Ringan
Tidak mengganggu gerakan kaki, jahitannya
cukup longgar
Praktis
Terbuat dari bahan yang menyerap keringat
Mudah kering, bila basah tidak menambah berat
Bahan celana yang terbuat dari katun cukup
baik, tidak terlalu tebal, tahan duri, mudah kering.
4. Baju
Jalan
Yang perlu diperhatikan :
Melindungi tubuh dari kondisi sekitar
Kuat
Ringan
Tidak mengganggu pergerakan
Terbuat dari bahan yang menyerap keringat
Praktis
Mudah kering
5. Topi
Lapangan
Yang perlu diperhatikan :
Melindungi kepala dari kemungkinan akibat duri
Melindungi kepala dari hujan, terutama kepala
bagian belakang.
Harus kuat dan tidak mudah robek, untuk medan
gunung hutan dianjurkan memakai topi rimba atau semacam topi Jepang.
6.
Sarung tangan Lapangan
Yang perlu diperhatikan :
Sebaiknya terbuat dari kulit
Bentuknya sesuai dengan tangan kita
Tidak kaku, artinya tidak menghalangi gerakan
tangan.
7. Ikat
Pinggang
Pilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat,
dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh. Selain menjaga agar celana
tidak kendur, juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti
pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat-alat P3K, dll.
8.
Ransel / Carrier
Ringan, Sejauh mungkin tidak merupakan
tambahan beban yang berlebihan, terbuat dari bahan yang water proof.
Kuat, harus mampu membawa beban dengan aman,
berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas,
zippernya cukup kokoh, dsb.
Nyaman dipakai, dianjurkan agar memakai ransel
yang mempunyai rangka, agar berat beban merata dan seimbang. Selain itu juga
membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh/punggung dengan ransel.
Praktis, kantung-kantung tambahan serta
pembagian ruangan akan memudahkan untuk mengambil barang-barang tertentu.
9.
Peralatan navigasi
- Kompas, peta, penggaris, busur
derajat/protector, pensil, dll.
10.
Lampu Senter
Dengan bola lampu dan baterai cadangan
11.
Peluit
12.
Pisau
Pisau saku serbaguna (multi blade) seperti
Victorinox
Pisau pinggang
Golok tebas
B.
Perlengkapan Tidur
1. Satu set pakaian tidur
2. Kaus kaki untuk tidur
3. Sleeping bag
4. Matras
5.Tenda/ponco/flysheet untuk bivak
C.
Perlengkapan Masak dan Makan
Perlengkapan masak
1. kompor gunung (tahu/colman,trangia)
2. nesting
3. pemantik api
4. bahan pembuat api (lilin, spirtus,karet ban
dll)
5. Kantung air / tempat air
Menyusun Perlengkapan Kedalam Ransel/carrier
(Packing)
Nyaman, efisien, selain secara langsung
ditentukan oleh desain ransel, juga banyak dipengaruhi cara menyusun barang
(packing) kedalam ransel.
Tempatkanlah barang-barang yang lebih berat
setinggi dan sedekat mungkin dengan badan. Barang-barang yang relatif lebih
ringan (sleeping bag, pakaian tidur) ditempatkan dibagian bawah.
Letakkan barang yang sewaktu-waktu diperlukan
diletakkan dibagian atas atau diletakkan dikantung-kantung luar ransel (ponco,
P3K, kamera, dll).
Kelompokan barang-barang dan masukkan kedalam
kantung-kantung plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur /
cadangan, pakaian dalam, buku-buku, dll.
Perencanaan
Perbekalan
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan
perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal,
sering hujan, dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai
komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan
mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak
perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan
makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan
langkah-langkah berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap,
perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu.
Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.
Susun daftar makanan yang memenuhi syarat
diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, protein,
lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).
Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat
dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin
dan mineral secukupnya.
Perlengkapan Perorangan :
1. Carrier / Ransel
2. Matras
3. Rain coat / ponco
4. Sleeping Bag
5. Perlengkapan makan & minun
6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan)
7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan
8. Senter (Baterai + bohlam cadangan)
9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan
10. Obat-obatan pribadi
11. Kompas, webbing, tali
12. Logistik
13. Lilin
14. Pisau serba-guna / Victorinox
Perlengkapan Team :
1. Tenda
2. Peralatan masak
3. P3K
4. Trash Bag
5. Golok Tebas
catatan : kadang tidak semua keperluan dibawa
oleh anak2 gunung,dan semua keperluan tidak ada ukuran yang pasti karena itu
tergantung dari jauh perjalanan dan medan yang harus kita tempuh!!
SISTEM
PENDAKIAN
1. Himalayan
System, adalah sistem pendakian yang digunakan untuk perjalanan pendakian panjang,
memakan waktu berminggu-minggu. Sistem ini berkembang pada pendakian ke
puncak-puncak di pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam sistem ini
terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (misalnya : base camp, flying
camp, dll). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak,
sedangkan anggota tim lainnya hanya sampai di tengah perjalanan, pendakian ini
bisa dikatakan berhasil.
2. Alpine
System, adalah sistem pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen. Tujuannya
agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. Sistem ini lebih cepat, karena
pendaki tidak perlu kembali ke base camp, perjalanan dilakukan secara
bersama-sama dengan cara terus naik dan membuka flying camp sampai ke puncak.
TEKNIK
MENDAKI GUNUNG
Mendaki gunung pada dasarnya adalah olah raga
berjalan. karenanya penguasaan teknik berjalan yang benar wajib diketahui
terlebih dahulu.
berjalan di gunung tentu saja tak sama dengan
berjalan di trotoar. Di gunung anda harus berjalan dengan beban di punggung,
melintasi lembah, mendaki tebing, menuruni lereng-lereng, atau meniti
punggungan-punggungan yang tipis. Dengan medan seperti itu ditambah dengan
beban yang harus dibawa maka keseimbangan dalam berjalan di gunung adalah
mutlak.
Seperti juga pejalan kaki yang lain, anda harus
berjalan dalam satu irama yang tetap, dengan kata lain, tidak kaku seperti
robot. Tidak ubah bagai seorang penari, berjalan di gunung pun punya seni
tersendiri. Kalau seorang penari mempunyai kenikmatan tersendiri dalam
melakukan gerakan-gerakannya, maka seorang pendaki yang berjalan dalam irama
tertentu juga harus dapat merasakannya sebagai suatu kesenangan tersendiri
pula.
Ada beberapa patokan yang harus diperhatikan
dalam berjalan tentu saja melangkah, inilah hal pertama yang harus
diperhatikan. Berjalanlah dengan langkah-langkah kecil, jangan memaksakan kaki
untuk mlangkah terlalu lebar. Langkah-langkah yang terlalu lebar menyebabkan
berat badan seringkali ditunjang oleh satu kaki saja karenanya keseimbangan
badan pun gampang goyah. Dengan langkah-langkah yang kecil, berat badan dapat
ditunjang secara mantap oleh kedua kaki. Perlu di ingat bahwa kaki bukan hanya
untuk menahan berat badan, tetapi telah ditambah dengan berat barang yang ada
dalam ransel. Dengan langkah-langkah kecil, gerakan nafas teratur, dan ini
merupakan cara yang tepat untuk menghemat tenaga.
Bagi pendaki yang berpengalaman, berjalan dua
atau tiga jam tanpa istirahat merupakan hal yang biasa. Tentu dibutuhkan
kekuatan dan stamina yang cuma dapat diperoleh melalui latihan dan pengalaman
yang tidak sedikit. Akan tetapi, sebagai ukuran minimal boleh dikatakan bahwa
berjalan satu jam dengan istirahat sepuluh menit adalah normal.
Ketika istirahat, duduklah dengan kaki yang
melonjor lurus sedikit di atas badan untuk mengembalikan darah supya mengalir
normal, karena ketika badan berjaln seluruh darah telah berpusat di kaki.
Teguklah minuman secukupnya dan makanlah beberapa makanan kecil. Usahakan agar
tidak beristirahat di tempat berangin karena udara dingin dapat mengerutkan
otot yang sedang beristirahat, dapat menyebabkan terjadi kram pada otot.
Pilihlah lokasi istirahat yang baik. Secara
psikologis lebih menguntungkan apabila anda memilih lokasi di bagian yang
tinggi. Dari tempat ini akan tampak pemandangan yang indah, nikmatilah untuk
mengurangi perasaab lelah setelah lama berjalan. Makan dan minum secukupnya
untuk mengembalikan tenaga, kalau perlu di masak dulu agar hangat dan segar.
Ada baiknya memakan sedikit garam untuk menghindarkn kram karena banyak
keringat yang mengucur memungkinkan hilangnya garam dari tubuh. Membawa buah
segar seperti apel, pir, anggur juga sangat membantu untuk mengembalikan
tenaga. karena mengandung banyak air dan vitamin maka mengkonsumsi buah segar
juga sangat membantu.
Ketika anda berjalan perhatikan betul medan
yang dihadapi. Kalau melewati medan yang penuh kerikil dan batu-batui tajam,
harap berhati-hati karena kaki mudah tergelincir jika ceroboh. Tidak berbeda
apabila anda harus melintasi medan yang berbatu besar dan bulat seperti
bebatuan pada sungai misalnya, anda harus melintasinya dengan melompat dari
satu batu ke batu yang lain, yaitu dengan gerak sedemikian rupa cepatnya
sehingga batu yang diinjak belum lagi sempat bergulir tetapi anda sudah
melompat ke batu yang lain.
Cara di atas tentu saja berbahaya kalau
kondisi anda sudah lelah. Cara lain yang lebih aman adalah dengan menaiki satu
persatu batu tersebut, perlahan-lahan dengan memeriksa terlebih dahulu batu
yang akan di injak, agar tak gampang bergulir nantinya. Cara mana sebaiknya
yang akan dipakai, itu tergantung dari pengalaman dan tingkat kelelahan anda.
Medan yang berumput dan terjal seringkali
membahayakan, terlebih ketika basah karena hujan atau embun. Pendaki yang tidak
berhati-hati akan mudah tergelincir, terutama jika memakai sepatu yang tidak
sesuai. Demikian pula dengan medan becek, berlumpur, licin dan berbahaya.
Jangan percaya pada pohon-pohon kecil di
pinggir tebing. Pohon-pohon ini seringkali tidak cukup kuat untuk menahan bobot
manusia, sehingga mudah tercabut. Batang-batang pohon itu banyak yang lapuk,
lalu patah ketika anda menekalnya dan menahan badan di situ. Kalau tidak yakin
betul, hanya gunakan pohon-pohon itu sebagai keseimbangan saja.
Mendaki di lereng gunung dengan tanah berpasir
lebih sulit daripada di atas tanah keras. Setiap kali menjejak, tanah berpasir
bisa melorot ke bawah. Anda kadang-kadang perlu menyepakkan kaki ke dalam tanah
pasir itu agar tidak melorot. Orang kedua dan seterusnya dapat mengikuti bekas
jejak orang pertama supaya tidak mudah lelah, karena tanah berpasir bekas jejak
menjadi lebih keras.
Berjalan di atas punggung dari sebuah tebing
yang tipis dengan jurang menganga di sebelah kiri dan kanan merupaka kondisi
kritis yang membutuhkan teknik tersendiri untuk mengulanginya. Angin kenang
yang sering meniup akan menggoyahkan keseimbangan badan. Jangan melakukan
gerakan-gerakan yang tiba-tiba dan membahayakan. Misalnya melempar batu atau
mengayunkan tangan keras-keras. Berjalanlah dengan tenang dan penuh
konsentrasi, tetapi tetap dalam irama yang teratur dan tidak kaku.
BAHAYA
DI GUNUNG
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor
yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.
1.
Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki
sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan
bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik,
perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
2.
Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki.
Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik
disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin,
longsoran hutan lebat dan lain-lain.
Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung
Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka
yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin
dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita
sendiri.